Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!"
Nah, betul juga mas Tunggul, yang enak itu emang ajeb-ajeb kkkk. Tapi ngomong-ngomong ajeb-ajeb itu apa sih ? he he he....
Mas Tunggul, masih di dunia ini tidak ada yang abadi. Yang abadi di dunia ini menurut mereka yang pinter-pinter hanya ada 2 (dua ) : a) Kepentingan / Interest b ) Perubahan / Change . Berkaitan dengan kisah Poppy tadi, menurut saya ranahnya dominan pada konteks yang B (Perubahan). Ketika seseorang sudah merasa pada "Zona Aman", maka kecenderungannya menjadi terlena untuk terus berexplorasi dan berinovasi serta "gagap" dalam menghadapi perubahan.
Akan tetapi, sepertinya terlalu dini untuk "menghakimi" poppy dan memberikan penilaian lain-lain atasnya. Apa yang terjadi atas popyy menurut saya masih sebatas nilai kewajaran dan manusiawi dan terjadi di perusahaan manapun bahkan sekelas Microsoft sekalipun, karena ini menyangkut kondisi psikologis SDM dimana membutuhkan penyesuaian setelah sekian lama "merasa nyaman" pada cabang A.
Permasalahannya adalah secepat apa poppy bisa menyelaraskan dengan kondisi yang ada saat ini. Saya yakin setiap pimpinan selalu berupaya memikirkan tanggung jawabnya dengan baik yakni cabang yang diamanatkan kepadanya dengan segala isinya. Ketika Poppy terus berfikir mundur kebelakang pada kondisi yang didapatkan di cabang A dan melupakan bahwa dia saat ini berada pada cabang B dan harus segera menyesuaikan, maka de-motivasi yang muncul saat ini akan membunuhnya dengan segera karena impactnya jadi ogah-ogahan yang mengakibatkan produktifitas menurun. Pasti !
Menyangkut psikologis SDM (seperti poppy) adalah gampang-gampang susah apalagi bila sebuah perusahaan tidak membentuk/mempunyai departmen yang memberikan pelayanan konseling SDM secara khusus. Bayangkan, kepada siapa dia harus bercerita menumpahkan segala keluh kesahnya untuk mendapatkan pencerahan rohani sehingga bisa tetap exist dalam kondisi apapun.
Nah, terkait masalah "gak mudeng apa-apa" parameter marketingnya mudah kok, yakni kinerja personal. Gampangnya adalah berapa target perusahaan, berapa % pencapaianya. Kalau pencapaiannya memenuhi standarisasi perusahaan, maka tidak ada alasan kita mengatakan mereka dan cabang tersebut "gak mudeng" (atas SOP perusahaan-misalnya).
Yang dialami poppy ini bisa jadi koreksi yang bersifat struktural, yakni bisa jadi pola pematangan marketing yang belum kompleks dimana bisa saja mereka (SDM Marketing) hanya digembleng dan mendapatkan dontrinasi terus menerus tentang produk, cara jual, cara merayu konsumen..bla..bla..bla....tetapi belum adanya skenario matang pengimbang bersifat mentalistik yang menyentuh pada jiwa dan psikologis mereka. Nah yang seperti mas Tunggul katakan itu, " Sekolah Mental " agar mereka sekuat mas Tunggul begitu... he..he..he...
Prinsipnya, orang yang (mungkin) seperti poppy ini sekecil apapun adalah aset perusahaan, jadi betul-betul harus tetap menjdi perhatian (perusahaan).
Salam Suksess Deh...
Description : Komentar menarik atas tulisan "Tidak Cocok Dengan Pimpinan ?" yang masuk melalui email "malem pak boz,,, manteb tenan kisah ...
0 Response to "Tanggapan Buat Mas Tunggul"
Post a Comment