Guys,
Maksud hati ingin pulang cepat-cepat untuk berbuka puasa dengan keluarga, tetapi karena "Rush Hour" maka terpaksa deh., buka puasanya dipinggir jalan di sebuah warung dengan masakan khas Jawa Timuran "Rawon".
Warung makan di jalan solo-Jogja ini lumayan ramai. Ruangan yang tidak lebih dari 12 x 12 m ini hanya menyisakan beberapa kursi yang masih kosong. Selebihnya sudah penuh dengan pelanggan yang menunggu berbuka puasa. Sesaat kemudian adzan maghrib berkumandang, Alkhamdulillah...purna sudah puasa hari ini.
Sambil menunggu gilirian hantaran pesanan rawon, aku amati mereka yang ada diruangan. Wajah mereka nampak begitu bahagia sekali menikmati masakan pesanannya. Tetapi nampak ada "protes kecil" dari tamu yang ada di pojok kiri gak jauh dari tempat duduk saya. Kedengaranya tidak puas karena antrian pesanannya terlewati oleh pelanggan yang lain. Mungkin tanpa kesengajaan pelayan menghatarkan pesanannya untuk pelanggan yang lain yang saya tahu memang lebih belakangan dari Bapak yang protes tadi.
Melihat protes kecil tersebut seorang laki-laki, mungkin saja sekelas koordinator pelayan, mencoba menenangkan suasana dengan meminta maaf dan bla..bla...bla.....Sambil menikmati rawon saya melihat kejadian itu. Tak lama kemudian, lelaki yang menjadi koordinator pelayan tadi dipanggil oleh seorang ibu yang ada di meja kasir, nampaknya pemilik dari warung tersebut. Entah apa yang dikatakan si ibu tadi karena tempatnya agak berjauhan dari tempat saya duduk. Nampaknya Ibu tadi menegur koordinator pelayan tadi. Gak terlalu lama koordinator pelayan tersebut bergegas keluar ruangan dan menyambut dua orang polisi yang hendak masuk, mungkin untuk berbuka juga.
Dari kejadian tersebut, saya mencoba mengeneralisasi dengan sebuah kalimat sederhana, bahwa bila koordinator pelayan adalah seorang pemimpin, maka analogi tugas penting seorang pemimpin, selain secara normatif sesuai dengan teori-teori kepemimpinan yang telah ada itu, ternyata dapat disimpulkan menjadi 3 ( Tiga ) hal, yakni :
a. Dimarahi Pimpinan
b. Memarahi Anak Buah
c. Jalan-Jalan
Nah loh, Kok Bisa ? Secara sederhana penjelasannya sebagai berikut.
Dimarahi Pimpinan/Owner, muatan dalam poin ini adalah "Sebuah Tanggung Jawab" atas jabatan yang diembannya. Seorang pimpinan memang menjadi tempat "amarah dan ketidakpuasan pimpinan diatasnya/owner", walaupun pada dasarnya sulit sekali untuk dapat "memuaskan" atasan apalagi kalau seorang atasan itu "Menang Kalah Nggundang-dalam bahasa Jawanya" walaupun salah tetap saja ngotot yang paling benar dan paling hebat.
Nilai-nilai intrinsik dalam poin ini adalah mempertanggungjawabkan segala bentuk tugas kerja yang di berikan pimpinan di atasnya dalam mempimpin, mengkoordinasi, mengarahkan dan menyelelesaikan tugas-tugas perkerjaan yang diberikan kepadanya.
Memarahi Anak Buah, nilai utama yang melekat dalam poin kedua ini adalah bentuk kontrol seluas-luasnya kepada anak buah dalam melaksanakan tugas harian sesuai dengan Juklak [Petunjuk Pelaksanaan] dan Juknis [Petunjuk Teknis ] yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nilai Instrinsik yang melekat dalam poin ini adalah pengarahan, pendampingan, kontrol dan pengawasan anak buah ( team ).
Jalan-Jalan, Poin ketiga ini lebih bersifat strategis yakni melaksanakan negosiasi untuk membuka hubungan dengan pihak luar yang dapat memudahkan tercapainya tujuan team dan tujuan perusahaan. Membina hubungan baik dengan relasi atau dengan kata lain adalah "lobi-lobi".
Nah begitulah kurang lebihnya analogi dari pengalaman impiris di rumah makan tadi sore yang saya ramu menjadi sebuah teori amburadul. He...he..he...suka-suka ya....!
Yogyakarta, 26 Juli 2012
Title : Dimarahi Pimpinan, Memarahi Anak Buah & Jalan-Jalan
Description : Guys, Maksud hati ingin pulang cepat-cepat untuk berbuka puasa dengan keluarga, tetapi karena "Rush Hour" maka terpaksa deh., buk...
Description : Guys, Maksud hati ingin pulang cepat-cepat untuk berbuka puasa dengan keluarga, tetapi karena "Rush Hour" maka terpaksa deh., buk...
0 Response to "Dimarahi Pimpinan, Memarahi Anak Buah & Jalan-Jalan"
Post a Comment